cLNxsGUWkArrLhwVBfe6eO4P8vRLtY53cHInnzfr
Bookmark

8 Tips Ampuh Dekatkan Ibu dan Anak Meski Terpisah Jarak

Hidup adalah pilihan. Saya memilih hidup terpisah dengan suami dan anak demi menjalankan tugas negara sebagai pendidik di batas provinsi.

Fide Baraguma

Dekatkan Ibu dan Anak – Suami dan anak-anak tinggal bersama mertua di kampung. Sedangkan saya merantau di daerah yang terkenal dengan penghasil karet dan sawit.

Dua tahun sudah, saya menjalani hidup LDR bersama keluarga. Membangun komunikasi agar tetap terjaga.

Awalnya berat. Menghadapi ujian perasaan berpisah dari keluarga. Sebagian orang dewasa bisa saja tabah. Namun, anak tidak memiliki kemampuan beradaptasi dan mengatasi berpisah dari orangtuanya.

Bagi saya, kunci keberhasilan LDR terletak pada kejujuran dan keterbukaan. Kebutuhan emosi anak jauh lebih penting dari ego yang saya miliki.

Misalnya, ketika saya berangkat menuju tempat perantauan, saya akan mengatakan yang sebenarnya jika saya pergi ke sana untuk bekerja. Jangan bohongi mereka dengan alasan yang membuat mereka benci.

Di sini kejujuran dan keterbukaan pada anak harus dipertanggung jawabkan. Sehingga anak yang kita tinggal selama bekerja tidak menjadi beban pikiran.

Meskipun anak saya tinggalkan bersama ayahnya, saya sebagai ibu harus menjalankan tugas yang diemban. Walaupun jarak dan waktu yang menjadi penghalang.

Pertemuan tatap muka dengan anak hanya satu kali dalam satu minggu. Sebisanya saya melakukan kegiatan seharian penuh bersama anak.

Bahkan, saya menyempatkan untuk menghadiri acara rapat atau mengantar dan menjemputnya di sekolah sambil membangun tali silaturahmi dengan guru-guru di sekolahnya.

Nah, untuk membantu Anda mempersiapkannya, berikut 8 tips dekatkan ibu dan anak terpisah jarak karena tugas yang mesti Anda coba.

Ibu dan Anak
Ibu dan Anak

Beri Penjelasan

“Kenapa mama kerja terus, nggak tinggal di sini aja.”

Itulah kalimat yang dilontarkan oleh anak sulung saya ketika akan berangkat menuju tempat tugas. Maka berikan jawaban yang tepat dicerna oleh anak seumurannya.

“Mama bekerja untuk beli susu abang. Kalau mama di rumah, nanti mama tidak dapat membelikan abang susu”.

Kira-kira seperti itulah jawaban yang saya berikan pada si sulung. Mulanya anak akan memberontak, marah dan kecewa karena tidak tinggal serumah. Lalu, berikan penjelasan pada mereka. Bahwa ibu bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Berpisah dengan anak bukanlah perkara mudah. Mesti banyak pertimbangan yang harus dilakukan. Apalagi jika anak masih kecil, ia pasti membutuhkan sosok ibu. Namun, bila kondisi memaksa hingga tak ada pilihan lain, apa mau dikata?

Saya sering menekankan kepada anak saya. Sambil memberikan penjelasan hingga ada rasa nyaman. Bahwa mereka ditinggal untuk sementara dan ada orang-orang terdekat yang selalu sayang padanya. Seperti ayah, opa, oma om dan tantenya.

Lakukan Komunikasi Sesering Mungkin

Ada kalanya anak yang ditinggalkan tidak mau berbicara dengan orangtuanya lewat komunikasi via telepon. Hal ini dikarenakan karena orang yang disayanginya tidak berada di dekatnya.

Keadaan itulah yang saya alami, ketika saya sudah berada di tempat kerja. Saya tidak pernah bosan meneleponnya. Maksimal tiga kali dalam sehari.

Jika anak tidak mau berbicara pada kita, pancinglah mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa membuat mereka angkat bicara. Contohnya, menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan di sekolah. Apakah ada pr yang harus dikerjakan dan apa menu makanannya hari ini.

Dengan begitu, anak akan membangun kedekatan dengan orang tuanya. Bahkan mereka akan katagihan untuk menelepon kita terlebih dahulu. Apalagi saat sekarang ini ada aplikasi whatsapp sebagai media untuk berkomunikasi.

Saya akan menanyakan kabarnya melalui pesan chat. Tujuannya supaya anak saya terlatih dalam menulis untuk mengetikkan huruf-huruf yang ada pada keyboard ponselnya.

Sambil menyelam minum air. Mengajarkan ilmu teknologi yang bermanfaat buat si kecil. Mungkin daya keingintahuannya akan gawai lebih cepat tanggap dari kita sebagai orangtua. Tapi penggunaan gawai tersebut harus tetap pada pengawasan orangtua ya.

Tepati Janji

Jika anak sakit, usahakan pulang dan berikan motivasi kepada anak. Dahulukan anak yang sakit daripada pekerjaan. Rawatlah mereka semampu kita. Mengingat kita tidak bisa berlama-lama karena tugas yang sudah ditinggalkan.

“Mama kapan pulang?”

Pertanyaan itu selalu menghantui saya ketika sudah berada di akhir pekan. Anak saya yang sulung selalu nyinyir dengan pertanyaan tersebut.

Saya akan menyempatkan pulang satu kali dalam seminggu. Demi menyenangkan hati anak yang sudah ditinggal seminggu lamanya. Meskipun membutuhkan waktu 5 jam perjalanan, tapi demi anak semua kepenatan akan hilang ketika sudah bersua dengan mereka.

Berikan penjelasan kepada mereka, jika anak bertanya mengapa orangtuanya tak bisa sering pulang. Jelaskan soal jarak jauh dan biaya mahal, sehingga orangtua tidak bisa terlalu sering pulang. Selain itu, adanya batasan meminta izin dari atasan.

Tepati janji yang telah disepakati antara orangtua dan anak jika berjanji akan pulang kecuali ada hal penting yang tidak bisa ditinggalkan.

Meluangkan Waktu Seharian Bersamanya

Sehari sebelum pulang, buatlah catatan kecil pada buku diari Anda. Tujuannya untuk mencatat hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan ketika bersama anak.

Misalnya mengajak mereka bermain, mengajak mereka menceritakan kegiatannya, menghidangkan menu kesukaannya, menjadi guru dalam mengerjakan tugas sekolahnya, menemaninya tidur dan mengunjungi tempat rekreasi.

Dengan begitu anak akan meninggalkan memori kenangan terindah ketika bersama ibunya. Dan tak kalah penting lagi, simpanlah ponsel Anda jauh-jauh. Jika perlu, tahan diri Anda untuk tidak menyentuh gawai kesayangan di saat anak berada di dekat Anda.

Biasanya jika saya berada di rumah bersama anak, ponsel adalah orang ke sekian yang akan saya temui. Jika anak sudah tidur, barulah saya dapat menikmati informasi yang tertera pada gawai itu. Berikan seluruh perhatian hanya untuk mereka.

Berikan Perhatian Lebih Pada Mereka

Jika anak sudah bersama Anda. Jangan pikirkan pekerjaan yang menumpuk menunggu Anda. Manfaatkanlah waktu kebersamaan Anda dengan anak. Sebisa mungkin untuk tidak memikirkan pekerjaan.

Anak butuh perhatian Anda. Maka, lakukanlah tindakan yang bisa mengena dihatinya yang dapat Anda ulang kembali untuk menanyakannya jika Anda sudah berada di tempat kerja.

Lakulanlah hal-hal kecil. Misalnya membantu memilihkan pakaiannya sehabis mandi, menyisirkan rambutnya, memotongkan kukunya, dan ikut bergabung makan bersamanya.

Momen ini akan mereka kenang ketika kita tidak berada di dekatnya. Lakukanlah sebisa Anda apa yang bisa Anda lakukan untuk mereka.

Lebih Dewasa

Sebagian orangtua memilih menitipkan anaknya dengan orangtua asuh. Apakah itu orangtua Anda, atau orang kepercayaan.

Pola asuh dari orang yang dipercayai dalam menitipkan akan berbeda dengan hasilnya. Itulah pentingnya kesepakatan dalam pola asuh sejak awal. Jangan sampai Anda tegas, tapi orangtua Anda permisif dan memberikan apa yang diminta anak agar mereka senang.

Jangan biarkan hal ini terjadi, sehingga Anda akan dibandingkan degan orangtua asuhnya. Jadi beritahu pada pengasuhnya hak apa yang tidak boleh dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Hidup berjauhan dengan orangtua tak selalu muram. Anak justru bisa lebih mendapatkan sisi positif dari kondisi ini. Anak bisa dewasa sebelum waktunya karena anak bisa lebih menerima kenyataan dan anak mengerti orangtua bekerja demi dirinya.

Anak bahkan bisa berprestasi meski orangtua membimbing dan memberi motivasi hanya lewat telepon.

Oleh karena itu, sering-seringlah memotivasi anak meski terpisah jarak. Contohnya “Mama akan lebih senang lagi jika abang giat belajar dan nanti mama belikan hadiah untuk abang”

Proaktif Menolong Anak Tumbuh Kembang

Membantu mendekatkan mereka dengan orang-orang terdekat. Buatlah mereka senyaman mungkin berada di tengah keluarga yang sayang padanya. Jangan lupa untuk follow dan subscribes uncchu.com di google news dan youtube.

Posting Komentar

Posting Komentar