cLNxsGUWkArrLhwVBfe6eO4P8vRLtY53cHInnzfr
Bookmark

Sejarah, Perkembangan dan Pengertian Psikologi Islam Secara Umum

Psikologi Islam
Psikologi Islam
Psikologi Islam – Berbicara mengenai psiklogi terutama psikologi dalam Islam. Mungkin Anda akan mendapati banyak pendapat kuat tentang ini. Ada yang beranggapan bahwa psikologi dalam Islam tidak ada dan hanya akal-akalan saja.

Tapi tahukah Anda, psikologi dalam Islam memiliki sejarah panjang yang cukup unik. Bahkan sampai sekarang psikologi Islam selalu menjadi ulasan menarik untuk dinikmati.

Sebagai terjemahan dari kata Islamic Psychology, secara sederhana saya dapat menyatakan Psikologi Islam adalah psikologi yang memiliki warna atau nuansa Islam.

Namun, pembentukannya kemudian memang tidak sesederhana itu. Integrasi antara ilmu pengetahuan (termasuk psikologi) dengan agama seringkali menimbulkan pertentangan seperti yang saya sebutkan di atas, terutama bagi mereka yang memandang bahwa ilmu pengetahuan haruslah objektif dan bebas nilai.

Pada awal abad ke-20, mulai berkembang perspektif pertukaran antar budaya dan ilmu pengetahuan. Sarjana-sarjana barat mulaimemperhatikan dna menggali ilmu pengetahuan yang mulai hilang di dunia TImur.

Di saat itu, mulai terlihat bahwa ilmu pengetahuan yang lahir dalam budaya barat memiliki banyak kelemahan yang tidak terdapat pada masyarakat TImur. Modernisasi yang menyampingkan spiritualitas membuat gejala depresi timbul di mana-mana.

Mulai timbul kesadaran akan pentingnya unsur spiritual dalam kehidupan manusia. Sarjana-sarjana Islam mendaptkan kesempatan berbicara untuk menggali kembali ilmu pengetahuan berlandaskan Islam. 

Banyak pendapat yang bermunculan tentang pentingnya integrasi Islam dan ilmu pengetahuan.

Perkembangan ini juga mendatangkan upaya untuk mengitegrasikan Islam dan psikologi yang saat ini telah melahirkan Psikologi Islam.

Pemikiran psikologi yang berlandaskan Islam disertai dengan banyaknya penelitian empiris oleh para akademisi di seluruh dunia telah mengukuhkan kelahiran psikologi Islam. Psikologi Islam telah berkembang jauh dan terus melangkah maju dengna karakter dan metodenya sendiri.

Pemikiran Psikologi Islami

Psikologi Islam adalah psikologi yang berlandaskan Islam. Psikologi Islam berasal dari ilmu nafs (dalam bahasa Arab berarti “jiwa”) yang merupakan salah satu ilmu kajian kejiwaan yang berkembang pada zaman keemasan Islam, yang mempunyai kemiripan dan dikembangkan juga berdasarkan psikologi modern yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Selain dilahirkan dari penelitian empiris yang terbatas sesuai dengan kemampuan manusiawi, psikologi Islam berdasarkan kepada kitab suci Al-Quran dan kajian Al Hadits Nabi Muhammad S.A.W.

Psikologi Islam memiliki berbagai sumber klasik. Di dalam AL-Quran dan AL Hadits terdapat banyak ayat-ayat yang menceritakan jiwa orang-orang yang beriman, orang-orang kafir, sikap serta tingkah lakunya.

Lahirnya Psikologi Islami tidak terlepas dari sejarah upaya islamisasi pengetahuan. Ancok dan Suroso (1994) menyatakan bahwa sejarah perkembangan islamisasi pengetahuan telah dimulai pada abad 20 yang dipelopori salah satu oleh lembaga The International Institute of Islamic Thought (IIIT) pada tahun 1931 yang awalnya berpusat di Washington DC Amerika Serikat.

Para pemikir Islam merasa prihatin karena kondisi umat Islam yang begitu saja meniru kebudayaan-kebudayaan asing. Proses deislamisasi, westernisasi, dan sekularisasi akhirnya mengantarkan umat Islam berada “di anak tangga terbawah bangsa-bangsa”. Lembaga ini menggunakan Al-Quran sebagai penyaring ilmu pengetahuan modern.

Salah satu gagasan tentang integrasi Islam dan ilmu pengetahuan diberikan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas, yang menjadi langkah awal mengintegrasikan Islam dan ilmu pengetahuan dalam suatu lembaga terorganisir.

Selain itu, Ismail al-Faruqi juga merumuskan 11 langkah untuk mengintegrasikan islam ilmu pengetahuan. Langkah-langkah itu terdiri dari:

  1. Penguasaan disiplin ilmu pengetahuan modern
  2. Survey disiplin ilmu
  3. Penguasaan khazanah islam sebagai sebuah antologi
  4. Penguasaan terhadap khazanah Islam untuk tahap analisis
  5. Penentuan relevansi spesifik untuk setiap disiplin ilmu
  6. Penilaian kritis terhadap disiplin modern
  7. Penilaian kritis terhadap khazanah Islam
  8. Survei mengenai problem-problem umat manusia
  9. Analisis kreatif dan sintesis terhadap khazanah Islam dan disiplin modern
  10. Merumuskan kembali disiplin-disiplin ilmu dalam kerangka kerja Islam
  11. Penyebarluasan ilmu pengetahuan yang sudah terintegrasi dengan islam

Langkah-langkah yang diajukan oleh Al-Faruqi mendapt kritikan dari Sardar. Menurut Sardar, bukan Islam yang perlu dibuat relevan dengan ilmu pengetahuan modern, melainkan ilmu pengetahuan modern yang dibuat relevan dengan Islam.

Dari sisi sejarah, dalam perkembangannya menurut Haque (2004) tercatat tiga corak pendekatan dlaam memahami jiwa manusia dlaam keilmuan Islam.

Pertama, pendekatan Qurani Nabawi di mana jiwa manusia dipahami dengan merujuk pada keterangan Al-Quran dan Al- Hadits. Kedua, pendekatan filosofis dimana pelbagai masalah jiwa dibahas menurut pandangan para filusuf Yunani klasik. Ketiga, pendekatan sufistik dimana penjelasan tentang jiwa manusia didasarkan pada pengalaman spiritual ahli-ahli tasawuf. Ketiga pendekatan tersebut dapat saling menunjang untuk memahami jiwa manusia.

Pendekatan Qurani-Nabawi membahas sifat-sifat universal manusia (syahwat kepada lawan jenis, properti, uang, fasilitas mewah, takut mati, takut kelaparan, pongah, pelit, korup, gelisah, mudah frustasi), sebab maupun akibatnya (lupa kepada Allah, kurang berzikir, ikut petunjuk syaitan, tenggelam dalam hawa nafsu, hidup merana dan mati menyesal).

Beberapa karakter jiwa (nafs): yang selalu menyuruh berbuat jahat (ammarah bis-su’), yang senantiasa mengecam (al-lawwamah) dan yang tenang damai (al-mutma’innah). Perspektif ini diwakili oleh tokoh-tokoh semisal Ibn Qayyim al-Jawziyyah (1292-1350).

Dalam kitabnya ar-Ruh, misalnya, diterangkan bagaimana ruh menjalar di tubuh manusia yang memungkinkannya bergerak, merasa, dan berkehendak. Ruh orang mati itu wujud dan merasakan siksa di alam kubur sekalipun jasadnya hancur.

Mazhab filosofis ini mulai berkembang pada abad ke-10 Masehi, menyusul penerjemahan karya-karya ilmuwan Yunani kuno ke dalam bahasa Arab.

Para psikolog muslim pada masa itu banyak dipengaruhi oleh teori-teori jiwa plato dan Aristoteles. Tak mengherankan, sebag Aristoteles mengupas aneka persoalan jiwa manusia dengan sangat logis dan terperinci.

Teori-teori tertuang dalam bukunya De Anima logis dan terperinci (tentang hakikat jiwa dan aneka ragam kekuatannya) dan Parva Naturalia (risalah-risalahpendek mengenai persepsi inderawi dan hubungannya dengan jiwa, daya hapal dan ingatan, hakikat tidur dan mimpi, firasat dan ramalan).

Hampir semua filusuf muslim yang menulis karya tentang jiwa bertolak dari pandangna Aristoteles. Mulai dari Miskawayh yang menulis kitab Tahdzib al-Akhlaq sampai dnegan Ibuu Rusyd (1126-1198). Menurut mereka, jiwa manusia adalah penyebab kehidupan. Tanpa jiwa, mausia tak berarti apa-apa.

Pendekatan sufistik lebih praktis dan eksperimental dibandingkan dengan pendekatan filosofis. Termasuk di dalamnya kitab Ar-riyadha wa Adab an-Nafs karya At Tirmidzi (824-892) dimana beliau terangkan kiat-kiat mendisiplinkan diir dan membentuk kepribadian luhur.

Menurut Abu Thalib al-Makki (996), jiwa manusia sebagaimana tubuhnya membutuhkan makanan yang baik, bersih, dan bergizi. Jiwa yang tidak cukup makan pasti lemah dan mudah sakit Semua itu diterangkan beliau dalam kitab Qut al-Qulub atau nutrisi hati.

Tokoh penting lainya ia lah Al Ghazali (1058- 1111 M) yang menguraikan dengan sangat memukau aneka penyakit jiwa dan metode penyembuhannya. Penyakit yang diderita manusia ada dua jenis, ujarnya, fisik dan psikis.

Kebanyakan orang sangat memperhatikan kesehatan tubuh tetapi jarang peduli dengan kesehatan jiwa. Bagaimana cara mengobati penyakit-penyakit jiwa seperti egois, serakah, phobia, iri hati, depresi, waswas, dan lain sebagainya dijelaskan dalam kitabnya yang berjudul Ihya ‘Ulumuddin.

Pendekatan Metodologis

Psikologi Islam berbeda dengan psikologi modern lainnya. Psikologi Islam lahir berdasarkan penafsiran terhadap Al-Quran dan Al-Hadits disertai pengamatan langsung melihat alam semesta yang berhubungan dengan segenap perilaku manusia.

Psikologi Islam lahir dari ummat Islam y ang memiliki cara pandang akan pola-pola kehidupan yangb erbeda dengan dunia barat. Hal ini membuta Psikologi Islam memiliki dasar yang berbeda dari ilmu modern lainnya.

Dalam pandangan Islam berlawanan dengan pandangan yang demikian. Dlaam pandangan Islam, manusia dan segala makhluk yang ada di alam semesta merupakan ciptaan Allah SWT. Ia menciptakan alam semesta dan secara berdiri sendiri mengaturnya.

Kehidupan manusia memiliki tujuan transaedental, manusia memiliki tugas kekhalifahan di muka bumi dari Allah SWT. Dengan demikian, manusia harus bertanggung jawab pada Allah di hari kemudian.

Dalam pandangan Islam, manusia diciptakan terdiri dari dua komponen materi dan spirit. Dia harus berjuang supaya kedua hal tersebut seimbang. Hukum Islam yang mengatur kehidupan manusia, telah diformulasikan melalui pewahyu sehingga kedua komonen tersebut dapat berjalan dengan cara yang harmoni.

Kehidupan seorang muslim dan umat Islam secara menyeluruh dipengaruhi oleh cara pandangnya, seperti juga masyarakat Barat dipengaruhi oleh cara pandang mereka.

Strategi Pengembangan Psikologi Islam

Lebih dari dua puluh tahun setelah terbitnya buku The Dilemma of Muslim Psychologist (1979) dari Malik B. Badri, Psikologi Islam telah berkembang pesat di dunia. Hal ini dapat dilihat dari hadirnya berbagai buku tentang Psikologi Islam. Selain itu, penelitian empiric yang bersifat kuantitatif, baik dengan rancang eksperimen maupun non eksperimen.

Berbagai buku awal yang berpengaruh terbit di Indonesia. Zakiah Daradjat mulai menerbitkan buku pertama dengan tema Ilmu Jiwa & Agama (1970) yang merupakan kumpulan kuliah di Fakultas Ushuluddin, IAIN Syarif Hidayatullah lalu diikuti dengan karyanya kesehatan Mental.

Setelah itu, tahun 1995 dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hanna Djumhana Bastaman menerbitkan buku “Integrasi Psikologi dan Islam: Menuju Psikologi Islam” yang membuat buku ini hadir menjadi referensi awal para mahasiswa dan ilmuan psikologi yang ingin mengembangkan Psikologi Islam dari sisi keilmuan.

Selain itu, buku-buku tulisan Fuad Nashori juga memberikan agenda tentang perkembangan psikologi Islam lebih lanjut seperti Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-problem psikologi ditulis bersama Djamaludin Ancok (1994), Paradigma Psikologi Islam (1994), dan Psikologi Islam: Agenda Menuju Aksi (1999).

Upaya untuk menerbitkan jurnal ilmiah di bidang Psikologi Islam juga telah dilakukan di Indonesia. Usaha pertama dilakukan oleh Foruk Kajian Psikologi Islami SM Fakultas Psikologi Univesitas Indonesia tahun 1995.

Asosiasi Psikologi islami sudah menerbitkan Jurnal di bidang ini, seperti Fakultas Psikologi & Pendidikan Universitas Al-Azhar Indonesia, yang mencoba menerbitkan jurnal Enlighten.

Melihat pencapaian dengna terbitnya beragam buku, artikel, jurnal ilmiah dan terlaksananya penelitian di bidang psikologi islam, maka terlihat bahwa psikologi islam bukan lagi sekedar wacana, melainkan telah mulai dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan.

Psikologi islam memang memiliki metode tersendiri, tetapi tidak menghilangkan karakter sebagai ilmu pengatahuan. Ketidaksetujuan yang ada, dapat dijawab dengna terus melakukan penelitian dan publikasi ilmiah.

Untuk meningkatkan pencapaian ini, para ilmuwan psikologi islam harus terus menerus meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi seihingg lebih diterima masyarakat.

Penelitian lanjutan dapat difokuskan untuk membuktikan efektivitas ilmu dan aplikasi dibandingkan psikologi lainnya untuk menjawab masalah yang terdapat di masyarakat, sehingga tuntutan masyarakat terhadap ilmu ini, termasuk di bidang lapangan kerja, dapat meningkat.

Selain itu, pemetaan terhadap hasil penelitian dan publikasi ilmiah yang ada melalui metode meta analisis juga harus dilakukan, supaya penelitian psikologi islam tidak hanya berputar-putar di tempat.

Pengembangan kompetensi ilmuwan dan psikolog islam juga harus ditingkatkan. Asosiasi Psikologi Islami, harus memikirkan kompetensi apa yang seharusnya dimiliki oelh orang-orang yang bergerak di bidang ini.

Matriks kompetensi ini kemudian dapat dikembangkan dalam kurikulum formal melalui program studi yang berminat melaksanakan muatanlokal psikologi islam, atau spesialisasi di bidang ini, atau dalam pendidikan non formal melalu berbagai pertemuan ilmiah, seperti penataran, seminar, lokakarya, konferensi dan unit pendidikan lanjutan.

Pengembangan kompetensi ini harus disertai dengan kepekaan terhadap permintaan masyarakat akan lapangan kerja yang menerapkan Psikologi Islam, dengan tetap memperhatikan kaidah ilmiah di bidang ini.

Melihat uraian di atas, terlihat bahwa pencapaian yang telah didapat di bidang Psikologi Islam masih harus ditingkatkan terus menerus. Penelitian dan publikasi ilmiah melalui berbagai media harus terus ditingkatkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Demikian juga dengan pengembangan kompetensi bidang psikologi islam bagi ilmuwan dan psikolog islam.

Psikologi islam telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri yang memiliki metode ilmiah tersendiri. Psikologi Islam merupakan integrasi antara Islam dan psikologi, yang menggunakan AL-Quran dan Al- Hadits sebagai landasannya, karena itu psikologi islami mengkaji perilaku manusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi ruhaniah yang disadari atau tidak selalu berhubungan dengan Allah SWT.

Dari sisi metode ilmiah, psikologi islam merupakan gabungan dari metode pembacaan ayat kauliyah dan kauniyah, yang memiliki karakteristik logis, deterministic, general, bersifat parsimony, spesifik, empiric terbatas, intersubjektif dna terbuka terahdap perubahan.

Untuk mengembangkan psikologi islam lebih jauh, perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian dan publikasi bidang ini. Perlu dilakukan pemetaan terhadap hasil penelitian dan publikasi yang telah dilakukan. Asosiasi Psikologi Islami harus lebih membina kerjasamanya dengan perguruan tinggi untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di bidang ini, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.

---

Jangan lupa untuk follow dan subscribes uncchu.com di google news dan youtube.

0

Posting Komentar