cLNxsGUWkArrLhwVBfe6eO4P8vRLtY53cHInnzfr
Bookmark

Malam Jumat, 20 September 2024

Malam Jumat 20 September 2024
Kamis, 19 September 2024, tiga menit jelang dini hari pukul 00.00 WIB menuju Jumat, 20 September 2024. Kulihat ia sedang online di aplikasi obrolan whatsappnya. Aku yang belum tidur karena sibuk dengan klien membahas kata kunci yang ingin ditanam pada artikel yang sedang kukerjakan malam itu. Ingin sekali kukirim pesan random seperti biasa hari-hari kukirim padanya saat kubosan. "Ray, minta foto." Tapi entah mengapa malam itu terasa berat untuk kuketik dan kukirim padanya. Namun di sisi lain rasanya aku ingin sekali menghubunginya. 

Memang biasanya, aku tak pernah mengganggunya dengan apapun termasuk spam chat jika ia sedang berada di rumah bersama keluarganya. Apalagi kulihat dua hari sebelumnya ia baru saja merayakan ulang tahunnya yang bahagia dengan Ummi dan saudara-saudaranya. Jika ada chat, paling sebatas chat nginpo kalau ia sudah sampai di rumah dengan selamat. Lalu kutanya kapan ia balik ke Padang karena kutahu ia pasti selalu mampir ke tempatku, baik itu ke rumah atau ke tempatku bekerja. Namun seperti sebuah pertanda, tidak biasanya dan memang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Ia membalas pesanku dengan huruf kapital semua saat kutanya kapan ia balik. Ia menulis dengan huruf besar semua "DAK TAU PASTI E BILO." kaget dong aku, aku tanya kenapa pake huruf besar. Kemudian ia seperti menegaskan di beberapa kalimat bahwa gak usah khawatir dengan tetap menutup obrolannya menggunakan huruf besar "DAK PASTI."
Chat terakhir
Di obrolan ini, ia seakan menekankan jangan khawatir. Tapi faktanya aku khawatir.
Jumat, 20 September 2024 pukul 02.49 WIB jelang subuh. Ada pesan masuk yang diawali dengan salam darinya. Betapa bahagianya aku saat kutahu bahwa itu adalah pesan darinya. Namun separuh aruah kuterbang meninggalkan badan saat kubaca pesan selanjutnya. Bahkan aku masih mengirim tiga kalimat tidak percaya apakah ini bagarah atau bukan? Kalimat terakhir aku masih tidak percaya meski foto ia berselimut telah dikirimkan kakaknya padaku. Aku yang mengenalnya hitam putih seperti ia mengenalku, langsung mengenali wajahnya meski sangat-sangat samar. Tuhan, seketika dunia kuhancur berantakan yang tak bisa lagi kuterangkan dengan kata-kata. (MR dalam kenangan yang tak akan terlupakan)
0

Posting Komentar